BEING ME
Manusia adalah mahkluk yang hidup berdasarkan kenangan. Kita ada hari ini berdasarkan kenangan hari kemarin. Dalam bahasa Inggris, kenangan itu adalah MEMORY. Saya tidak memakai kata MEMORI karena terkesan hanya mengganti satu huruf saja dalam tatanan bahasa. Namun, jika bahasanya diganti menjadi KENANGAN. Sepertinya memiliki arti tersendiri.
Katanya, sebuah tulisan yang bagus dapat membius pembacanya sampai akhir tulisan. Saya sendiri tidak pernah menyadari hal ini pada saat menulis cerita, cerpen atau pun curhat colongan. Saya menulis untuk memuaskan keinginan sendiri. Sekaligus merasakan bagaimana rasanya membaca tulisan sendiri yang suatu saat dapat dibaca ulang. Tulisan yang membawa kenangan akan peristiwa yang sedang diceritakan didalamnya.
Bagi saya menulis merupakan salah satu alternatif melepas penat yang bagus. Termasuk belajar mengungkapkan perasaan yang tidak bisa diucapkan lewat katakata. Buat mereka yang pintar merayu tentu akan memilih untuk bisa mengungkapkannya lewat ucapan. Namun, ucapan itu tidak dapat terekam oleh media, kecuali pada saat sedang merayu ada yang merekamnya. Tapi, tentu saja akan jadi garing sekali ungkapan perasaan yang terekam tanpa spontanitas penuturnya.
Apakah saya termasuk salah satu perayu? *lirik kiri kanan* 😅
Atau korban para perayu? Hmmm….
Bisa ya, bisa tidak. Tergantung dari mana Anda dan saya melihatnya. Saya tidak pernah merasa merayu siapapun dan apapun, entah melalui tulisan ataupun ucapan. Semua yang saya ucapkan adalah tulus apa yang saya rasakan.
Apa yang saya berikan, hadiah, pujian, kecupan atau pelukan pun merupakan ungkapan tulus perasaan saya. Siapa pun itu. Jadi, bila apapun yang saya lakukan itu dimata orang lain adalah rayuan. Saya hanya bisa menerima itu sebagai salah satu kelebihan dan anugerah yang saya miliki.
Belakangan ini saya mendengar beberapa orang bertanya;
‘Lu pake pelet apa sih, bro?’
‘Rhe, susuknya ditaro di mana siy?’
Saya hanya bisa tertawa mendengar mereka bertanya seperti itu. Saya hanya mampu tersipu. Tidak ada lakilaki yang akan tersinggung saat dirinya dibilang menawan atau setiap orang yang dekat dengannya merasakan kehangatan dan kenyamanan. Saya pun termasuk salah satunya. Setelah saya belajar dari ‘kitab’ yang cukup tebal dan mempraktekan apa yang tertulis didalamnya tentang bagaimana mengenali orang yang berbohong hanya dengan melihat sikapnya. Saya menjadi orang yang cukup bisa mengamati lawan bicara saya. Pada saat mereka berbohong akan terlihat sekali dari jawaban mereka.
Saya kasih salah satunya adalah pupil mata orang tersebut akan bergerak ke arah kiri atas, jika Anda menanyakan satu pertanyaan spontan, dan langsung dijawab atau dipikirkan lebih dulu. Bagian pupil matanya akan terlihat melirik keatas, tanpa disadarinya. Coba deh!
Teman saya pernah bilang, dia bisa dengan sadar mengatur pupil matanya, agar membesar dan mengecil. Ini perlu latihan yang entah bagaimana caranya; ada yang bisa. Saya tak pernah mencoba untuk bertanya lebih lanjut, waktu itu. Jika memang bisa melihat kedalaman mata seseorang, pada saat dia bicara benar, bagian pupil mata akan membesar. Jika bohong, terjadi sebaliknya.
Bisakah Anda memantau jauh hingga kedalaman mata? 😜
Saya tau ada beberapa orang akan segera mempraktekkannya setelah membaca ini. heheh...Mungkin saya juga akan menjadi salah satu ‘korban’ latihan dari temanteman saya yang membaca tulisan saya ini, tanpa saya sadari. Tapi, tidak ada salahnya membagi sedikit tips bagi orangorang yang saya pedulikan.
Semoga makin banyak orang yang bisa SADAR pada saat dirayu atau dibohongin oleh orangorang terdekat mereka. YEAH!! 😀
Rheo